MANAGEMENT PELATIHAN
Pelatihan merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh
kegiatan-kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan. Pada setiap tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan terjadi
proses transfer pengetahuan dan keterampilan antar pelaku program dan
masyarakat sehingga terjadi proses pembelajaran.
Pendekatan pelatihan dalam PNPM Mandiri perdesaan menggunakan pola
pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dengan methode yang
partisipatif. Untuk meningkatkan kualitas pelaku PNPM Mandiri perdesaan ada dua
kategori pelatihan yang digunakan yaitu pelatihan pratugas dan pelatihan lanjutan.
Agar pelatihan yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang sesuai dengan
tujuan ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan :
1.Pre Training
2.On Going Training
3.Post
Training
Didalam Pre Training yang harus dipersiapkan adalah pertama identifikasi
kebutuhan pelatihan, seperti apa kebutuhan pelatihan yang diselesaikan, kedua menciptakan sasaran
pelatihan yang tepat dan ketiga terakhir mempersiapkan
materi.
Pada tahapan berikutnya adalah On Going Training, pada tahapan ini adalah
sesi terpenting karena sesi ini pelatihan sedang berlangsung, kesuksesan tahap
kedua ini diawali dengan suksesnya tahap pertama, jika
identifikasi kebutuhan salah maka tahapan berikutnya akan tidak jelas. Untun suksesnya tahapan On Going Training ini diperlukan kemampuan khusus fasilitator, diantara kemampuan khusus tersebut adalah kemampuan pemilihan metode pelatihan, dan tehnik komunikasi yang baik oleh fasilitator.
Untuk seterusnya sebuah pelatihan yang telah ditentukan
agar sukses mencapai sasaran atau tujuannya, maka kedua tahapan diatas mesti dikuasai oleh
seorang fasilitator terutama tahapan kedua,
Jika kita lihat kondisi sampai akhir Maret 2012 ini
pelatihan-pelatihan pengutan kapasitas
masyarakat yang dilakukan dimasing-masing kecamatan,
pertanyaannya apakah sudah melalui tahapan-tahapan diatas, tanpa bermaksud memvonis masih banyak
pelatihan-pelatihan yang dilakukan ditingkat kecamatan tidak dilalui dengan langkah
identifikasi kebutuhan pelatihan, dan terkesan mengejar target peyelesaian, bahkan masik ada pelatihan dan materi yang diberikan tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta latih, dengan kondisi ini tentunya hasil pelatihan
tersebut sudah dapat kita jawab apa hasilnya.
Kegagalan pelatihan lainya juga disumbangkan kesalahan pada pemilihan metode
pelatihan, metode untuk pelatihan A tentunya berbeda dengan metode untuk pelatihan B, kemampuan
penguasaan pemilihan metode yang tepat akan menjadikan pelatihan mencapai
tujuan,
selain itu kemampuan komunikasi fasilitator sangat mendukung kesuksesan sebuah
pelatihan.
Kondisi ideal pelatihan tentunya sesuai dengan tahapan-tahapan seperti
diatas, lalu bagaimana dengan kondisi lapangan …..???????.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 2009, yang mengatur batas akhir dari penggunaan dana-dana BLM sampai dengan tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, itu artinya sampai akhir Maret 2012 seluruh
dana-dana BLM sudah harus selesai digunakan.
Dengan kondisi ini banyak pelatihan yang dilakukan tidak lagi mempertimbangkan
tahapan-tahapan diatas, bahkan untuk menghabiskan anggaran pelatihan yang ada kecamatan , dilakukan
tidak saja hari kerja, tetapi juga menggunakan hari libur karna terdesaknya waktu.
Kegiatan pelatihan yang
menghabiskan biaya puluhan juta rupiah yang dilakukan jika kita lakukan
post training mungkin hanya 50% yang mencapai tujuan.
Semoga hal ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kawan-kawan fasilitator dalam melakukan dan merencanakan sebuah pelatihan terutama tentang waktu pelaksanaan sehingga terjadwal
dengan baik dan tidak tergesa-gesa diakhir waktu, semoga.
·