Follow Now.......!

Jumat, 30 Maret 2012

Editorial

MANAGEMENT PELATIHAN
Pelatihan merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh kegiatan-kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan. Pada setiap tahapan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan akan terjadi proses transfer pengetahuan dan keterampilan antar pelaku program dan masyarakat sehingga terjadi proses pembelajaran.
Pendekatan pelatihan dalam PNPM Mandiri perdesaan menggunakan pola pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dengan methode yang partisipatif. Untuk meningkatkan kualitas pelaku PNPM Mandiri perdesaan ada dua kategori pelatihan yang digunakan yaitu pelatihan pratugas dan pelatihan lanjutan.
Agar pelatihan yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan :
1.Pre Training
2.On Going Training
3.Post Training
Didalam Pre Training yang harus dipersiapkan adalah pertama identifikasi kebutuhan pelatihan, seperti apa kebutuhan pelatihan yang diselesaikan, kedua menciptakan sasaran pelatihan yang tepat dan ketiga terakhir mempersiapkan materi.
Pada tahapan berikutnya adalah On Going Training, pada tahapan ini adalah sesi terpenting karena sesi ini pelatihan sedang berlangsung, kesuksesan tahap kedua ini diawali dengan suksesnya tahap pertama, jika identifikasi kebutuhan salah maka tahapan berikutnya akan tidak jelas. Untun suksesnya tahapan On Going Training ini diperlukan kemampuan khusus fasilitator, diantara kemampuan khusus tersebut adalah kemampuan pemilihan metode pelatihan, dan tehnik komunikasi yang baik oleh fasilitator.
Untuk seterusnya sebuah pelatihan yang telah ditentukan agar sukses mencapai sasaran atau tujuannya, maka kedua tahapan diatas mesti dikuasai oleh seorang fasilitator terutama tahapan kedua,
Jika kita lihat kondisi sampai akhir Maret 2012 ini pelatihan-pelatihan pengutan kapasitas masyarakat yang dilakukan dimasing-masing kecamatan, pertanyaannya apakah sudah melalui tahapan-tahapan diatas, tanpa bermaksud memvonis masih banyak pelatihan-pelatihan yang dilakukan ditingkat kecamatan tidak dilalui dengan langkah identifikasi kebutuhan  pelatihan, dan terkesan mengejar target peyelesaian, bahkan masik ada pelatihan dan materi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta latih, dengan kondisi ini tentunya hasil pelatihan tersebut sudah dapat kita jawab apa hasilnya.
Kegagalan pelatihan lainya juga disumbangkan kesalahan pada pemilihan metode pelatihan, metode untuk pelatihan A tentunya berbeda dengan metode untuk pelatihan B, kemampuan penguasaan pemilihan metode yang tepat akan menjadikan pelatihan mencapai tujuan, selain itu kemampuan komunikasi fasilitator sangat mendukung kesuksesan sebuah pelatihan.  
Kondisi ideal pelatihan tentunya sesuai dengan tahapan-tahapan seperti diatas, lalu bagaimana dengan kondisi lapangan …..???????.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 2009, yang mengatur batas akhir dari penggunaan dana-dana BLM sampai dengan tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, itu artinya sampai akhir Maret 2012 seluruh dana-dana BLM sudah harus selesai digunakan.
Dengan kondisi ini banyak pelatihan yang dilakukan tidak lagi mempertimbangkan tahapan-tahapan diatas, bahkan untuk menghabiskan anggaran pelatihan yang ada kecamatan , dilakukan tidak saja hari kerja, tetapi juga menggunakan hari libur karna terdesaknya waktu.
Kegiatan pelatihan yang menghabiskan biaya puluhan juta rupiah yang dilakukan jika kita lakukan post training mungkin hanya 50% yang mencapai tujuan.
Semoga hal ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi kawan-kawan fasilitator dalam melakukan dan merencanakan  sebuah pelatihan terutama tentang waktu pelaksanaan sehingga terjadwal dengan baik dan tidak tergesa-gesa diakhir waktu, semoga.
·       

Tidak ada komentar: